Senin, 20 Maret 2023

PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN : MENGUBAH POLA PIKIR

Pola pikir dan lingkungan yang selalu berorientasi menjadi karyawan mulai sekarang kita putar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan (pengusaha).

Oleh : Murdiana Koto, S.Sy, C.NNLP

                                                                       PMI6 saat praktek kewirausahaan foto bersama Kaprodi PMI STAI HUBBULWATHAN Duri

Kita perlu prihatin dengan rendahnya minat wirausaha di kalangan mahasiswa dan pemuda. Namun, kita tidak perlu menyalahkan siapa pun, yang jelas kesalahan ada pada kita semua. Sekarang inilah kesempatan kita untuk mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir dan lingkungan yang selalu berorientasi menjadi karyawan mulai sekarang kita putar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan (pengusaha).

Untuk mengubah mental dan motivasi yang sudah demikian melekat tertanam disetiap insan Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Lebih sulit lagi pada kalangan tidak mampu yang memang sejak kakek, ayahnya sudah menjadi pegawai. Akan tetapi, jika para mahasiswa mau mengubahnya dengan pola berpikir terbalik dari cita-cita awal, itu akan lebih mudah. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki keuntungan dan kelebihan berwirausaha dibandingkan menjadi pegawai.

Untuk itu, perlu diciptakan suatu iklim yang dapat mengubah pola pikir baik mental maupun motivasi orang tua, dosen, dan mahasiswa agar kelak anak-anak mereka dibiasakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan ketimbang mencari pekerjaan. Perubahan ini tidak dapat dilakukan secara cepat, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Pertama, misalnya dengan mendirikan sekolah yang berwawasan wirausaha (entrepreneur) atau paling tidak menerapkan mata kuliah kewirausahaan seperti yang sekarang ini sedang digalakkan diberbagai perguruan tinggi. Dengan demikian, hal itu sedikit banyak akan mengubah dan menciptakan pola pikir (mental dan motivasi) mahasiswa dan orang tua.

Kedua, di dalam pendidikan kewirausahaan perlu ditekankan keberanian untuk memulai berwirausaha. Biasanya, kendala kita untuk memulai suatu usaha adalah adanya rasa takut akan rugi atau bangkrut. Namun, sebagian orang yang sudah memiliki jiwa wirausaha merasa bingung dari mana harus memulai suatu jiwa wirausaha merasa bingung dari mana harus memulai suatu usaha.

Ketiga, tidak sedikit yang merasa bahwa berwirausaha sama dengan tidak memiliki masa depan yang pasti. Sementara itu, dengan bekerja diperusahaan, mereka yakin bahwa masa depan sudah pasti, apalagi pegawai negeri. Dengan beriwirausaha, justru masa depan ada ditangan kita, bukan ditangan orang lain. Baik buruknya masa depan, kitalah yang menentukan, sehingga motivasi untuk berkembang terbuka lebar.

Dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk maju dari pihak keluarga merupakan modal awal untuk menjadi wirausaha. Dengan didukung pihak keluarga mereka memiliki mental dan motivasi sebagai fakor pendorong utama. Keluarga dapat merangsang para mahasiswa dengan memberikan gambaran nyata betapa nikmatnya memiliki pegawai atau menjadi bos, memiliki kebebasan memberi perintah bukan diperintah, meraih keuntungan yang tak terbatas, dan segudang daya rangsang lainnya yang dapat menggugah jiwa para mahasiswa untuk berwirausaha.

Memang mengubah pola pikir seseorang untuk memulai suatu usaha bukan pekerjaan mudah. Banyak kendala yang menghadang mulai dari mental takut rugi, motivasi, bakat, soal keluarga, dana pengalaman sebelumnya, sampai kemampuan mengelola. Namun, paling tidak mental yang dimiliki merupakan modal yang sangat besar untuk memulai suatu usaha.

Belajarlah dari saudara-saudara kita dari etnis Tionghoa yang memiliki pola pikir yang berbeda dari etnis kebanyakan. Mereka sejak kecil sudah ditanamkan dan diajarkan pengetahuan dan praktik wirausaha. Tidak heran jika kegiatan wirausaha mayoritas dikuasai mereka. Dalam penelitian, penulis (Kasmir) sering bertanya kepada teman-teman pengusaha asal etnis Tionghoa, mengapa mereka mau dan mampu berwirausaha. Salah satu jawabannya adalah karena mereka tidak ingin diperintah orang lain, sebagian yang lain karena pada saat itu sulit untuk menjadi pegawai negeri.

Virus yang menularkan anak bangsa untuk mengubah cita-cita dari pegawai atau karyawan menjadi mau dan mampu menciptakan lapangan kerja harus segera direalisasikan. Cita-cita yang ditanamkan orang tua kepada anak-anak sejak kecil untuk menjadi pegawai sebaiknya dinomor duakan. Bukan berarti menjadi pegawai tidak baik, tetapi akan lebih baik jika menjadi pengusaha yang mampu memberkan peluang pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan.

 

Sumber : Kasmir. Kewirausahaan. Edisi Revisi Cet.12. Depok : Rajawali Pers, 2018. hlm.4-7

Tidak ada komentar:

TEKNIK PENGEMBANGAN UMKM

TUGAS KHAIRI PROPOSAL USAHA " BOLU KEMOJO FAUZIAH "

  Tugas Terstruktur Dosen Pengampu Kewirausahaan Murdiana Koto, S.Sy   PROPOSAL USAHA BOLU KEMOJO TRADISIONAL     DISUSUN OLEH :   KHAIRI (N...